Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (Kalakhar BNN)
Berapa banyak pengguna dan pecandu narkoba di Indonesia?
Saat ini sekitar 1,5 persen. Angka itu cukup besar, karena sekitar tiga juta lebih dari seluruh penduduk Indonesia. Mereka terdiri atas berbagai kategori. Ada pecandu berat, pecandu sedang, baru mulai, dan sebagainya. Tapi ada 98,5 persen yang masih bersih. Yang masih bersih ini potensial sekali untuk juga mempengaruhi pengguna atau pecandu ini untuk kembali ke jalan yang benar. Jadi saya sih optimistis saja.
Langkah-langkah untuk menanganinya?
Pertama, menyetop pertumbuhan. Artinya, yang 1,5 persen tidak bertambah. Sedangkan yang 98,5 persen diperkuat iman dan takwanya, supaya bisa mengatakan menolak narkoba. Kedua, mengajak yang 98,5 persen ini perang melawa narkoba. Masak cuma 1,5 persen tidak bisa diperangi oleh yang 98,5 persen. Apalagi di antara yang 98,5 persen ini ada tokoh masyarakat, tokoh agama, pemimpin masyarakat, pegawai, polisi, jaksa, pengusaha. Mereka punya kekuatan untuk membantu yang 1,5 persen itu untuk kembali.
Bagaimana peran keluarga?
Keluarga kita pada umumnya masih baik, tidak seperti di negara-negara Barat. Kalau dalam analisa SWOT, itulah strength-nya. Di sini, kalau anak berbuat salah, keluarganya umumnya malu. Karena anak adalah cerminan keluarga itu. Nilai-nilai yang mengagungkan keluarga masih ada di Indonesia. Karena itu, peran keluarga sangat sentral. Ada satu lagi keuntungan kita. Orang Indonesia umumnya religius. Semua beragama. Dan semua agama melarang narkoba.Tak ada satu agama pun yang mengizinkan narkoba. Al khamru ummul khobaist. Miras dan makanan yang membuat ketagihan, adalah induk dari semua kejahatan.
Kesadaran masyarakat tentang narkoba?
Dari kampanye kita selama ini, saya yakin sekarang 75 persen penduduk Indonesia sudah tahu tentang narkoba dan bahayanya. Mungkin dia belum pernah lihat narkobanya, tapi paling tidak dia sudah pernah dengar di televisi atau baca di koran. Yang 25 persen ini kira-kira orang tua atau anak-anak yang masih kecil.
Tahun 2007, akan dibangun pusat rehabilitasi narkoba di Lido, Sukabumi. Tujuannya?
Itu dalam rangka harm reduction, mengurangi dampak buruk akibat narkoba. Kita akan resmikan Juni tahun ini. Mudah-mudahan ini bisa membantu kita untuk mengembalikan yang 1,5 persen tadi ke jalan yang benar. Rehabilitasinya medis dan sosial, sehingga kalau kembali ke masyarakat dia sudah utuh. Kapasitasnya 300-500 orang.
Indonesia bebas narkoba 2015 bersamaan dengan ASEAN bebas narkoba 2015. Dalam hal narkoba, posisi Indonesia dibanding negara-negara ASEAN lain?
Kita termasuk parah. Singapura dan Thailand dulu merupakan sumber narkoba, heroin. Sekarang, angka penyalahgunaan sudah kecil. Brunei apalagi. Yang agak besar Malaysia. Tapi, kalau dibanding Indonesia, Malaysia masih kecil.
Langkah-langkah di Malaysia sudah betul untuk memberantas narkoba itu. Pertama, dengan hukuman yang sangat berat, keras, dan konsisten. Kedua, program rehabilitasi mereka juga bagus. Dan semua itu ditanggung negara. Memang biayanya besar, tapi mereka konsisten dengan upaya itu, mengingat beratnya dampak narkoba.
Di Singapura, narkoba juga tinggal sedikit. Karena penerapan hukumnya sangat tegas dan keras. Kita sering dengar ada yang dihukum gantung. Kemudian, terapi mereka berhasil. Tahun 2000 lalu, pecandu narkoba di Singapura sekitar 5.000 orang. Tahun 2004, jumlah pecandu tinggal 150 orang. Sementara itu, suplainya benar-benar diperketat.
Perbandingan narkoba impor dan produksi lokal di Indonesia bagaimana?
Kalau bicara narkotika, yang kita hasilkan sebenarnya hanya ganja. Putaw, heroin, kokain, semua dari luar negeri. Jadi kalau ada yang nyuntik putaw, barangnya dari luar negeri. Ecstasy dan sabu juga begitu. Ada yang dibuat dari dalam negeri --tapi bahannya atau prekursornya dari luar negeri--, ada juga yang dari luar negeri. Sekitar 70 persen narkoba dari luar.
Siapa saja pemain narkoba di Indonesia?
Untuk heroin dan kokain masih didominasi oleh mafia dari Afrika. Tapi untuk sabu dan ecstasy biasanya masih ada hubungannya dengan Cina, Hongkong, dan sebagainya. run
No comments:
Post a Comment