Zionis Israel makin gencar melobi pemerintah Indonesia agar hubungan diplomatik Indonesia-Israel bisa terwujud. Yang paling anyar, lewat dunia maya. Provokasi terhadap umat Islam?
Di tengah perseteruan Hamas dan Fatah di Palestina, tiba-tiba saja bangsa Indonesia dikejutkan oleh kemunculan sebuah situs internet Israel berbahasa Indonesia. Dalam situs yang beralamat di http://jakarta.mfa.gov.il tersebut, tertera bendera Bintang David dan Merah Putih. Di atasnya, tertulis "Israel Diplomatic Network" dan "Israel-Indonesia Web Site" dengan gambar wayang dan masjid berkubah emas di bawahnya.
Halaman pertama situs itu tertulis "Selamat datang di Kedutaan Besar Israel di Singapura. Situs ini merupakan pintu gerbang Israel di Asia Tenggara." Seterusnya, situs itu berisi informasi tentang negara Israel dan lain-lain.
Situs ini diluncurkan pada Senin (18/12) di Singapura dan disponsori oleh Departemen Luar Negeri Israel. Duta Besar Israel untuk Singapura Ilan Ben Dov, menyatakan, situs pemerintah berbahasa Indonesia tersebut sengaja diluncurkan untuk mempromosikan dialog dengan masyarakat Indonesia. "Saya melakukan pertemuan dengan berbagai pihak di Indonesia. Dari pertemuan itu saya menemukan ada keinginan besar untuk mengetahui Israel dan demokratisasinya, pluralismenya, serta masyarakat yang multikultural," jelas Ben Dov, sebagaimana dikutip Rakyat Merdeka.co.id, Selasa (19/12).
Tak jelas siapa pihak yang pernah bertemu dengan Kedubes Israel tersebut. Namun, kecurigaan adanya keterlibatan pihak dalam pemerintah Indonesia mencuat ke masyarakat. Apalagi, dalam situs itu tertera "Israel-Indonesia Web Site", seolah ingin menggambarkan adanya hubungan antara pemerintah Indonesia dan Israel dalam pembuatan situs tersebut.
"Saya mencurigai ada antek-antek Zionis di Indonesia yang bermain. Apalagi situs itu mencantumkan kata Jakarta," tuding Ferry Nur, Sekretaris Jenderal Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA). Karena itu, menurut Ferry, DPR harus mengusut kasus ini sampai tuntas jika memang ada keterlibatan aparat pemerintah di Indonesia. "Siapa pun aparat pemerintah yang bermain dengan konstitusi negara, konsekwensinya harus turun," tegasnya.
Ferry Nur menjelaskan, lobi Zionis di Indonesia memang sedang memainkan perannya. Mereka terus bekerja keras agar Indonesia mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel, negara Zionis yang sampai detik ini masih memerangi kaum Muslimin di Palestina. Lobi-lobi itu, kata Ferry, berusaha dibangun antara lain lewat kunjungan anggota Kamar Dagang Indonesia (Kadin) ke Israel. Kemudian juga ditemukannya bantuan dari organisasi Israel Flying Aid (IFA), lengkap dengan atribut bintang David di Klaten, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
"Saya melihat dengan mata kepala sendiri, simbol-simbol Zionis ada di tengah-tengah kamp pengungsi. Mereka tak mungkin bisa masuk tanpa bantuan dari orang-orang yang menjadi antek Zionis di negeri ini," terang Ferry. Dalam kasus Klaten, aparat intelijen diduga terlibat meloloskan LSM Israel tersebut.
Tentang dugaan adanya keterlibatan pemerintah dalam pembuatan situs ini, juru bicara Departemen Luar Negeri RI, Desra Percaya, membantah hal itu. "Apa pun yang mereka lakukan terhadap kita, khususnya dalam konteks pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel, itu sangat bergantung pada realisasi kemerdekaan Palestina," jawab Desra saat dihubungi Sabili via telepon, Kamis (21/12). Situs itu, kata Desra, "Perlu dilihat substansinya bagaimana; apakah merugikan kita atau tidak. Jadi kita sikapi dengan kepala dingin-lah," pintanya kepada masyarakat Indonesia.
Bantahan serupa juga dilontarkan oleh First Secretary Kedubes Singapura di Indonesia, Andrian Chung. Menurut Chung, meski situs itu diluncurkan di Singapura dan melalui kedutaan besar Israel di Singapura, namun hal tersebut tak berarti ada keterlibatan pemerintah Singapura. "Saya bisa pastikan pemerintah Indonesia tidak terlibat. Itu urusan negara orang lain," kata Chung. Karena menyangkut negara lain, kata Chung, pemerintahnya tidak bisa melarang keberadaan situs tersebut.
Di sisi lain, Presiden Rotary Club Surabaya, Ronny H Mustamu, mengaku senang dengan keberadaan situs tersebut. "Dengan demikian, orang Indonesia bisa membedakan mana orang Yahudi, mana Israel," kata Ronny kepada kontributor Sabili Kartika Pemilia di Surabaya, Kamis (21/12). Situs itu, kata Ronny, tak lebih dari upaya Israel untuk memberikan pemahaman yang benar versi mereka tentang negara Zionis tersebut. Meski senang dengan keberadaan situs itu, namun Ronny mengatakan Pemerintah Indonesia harus mempertimbangkan kepentingan rakyat jika ingin membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
"Saya belum melihat betul kepentingan Indonesia dengan melakukan hubungan secara langsung dengan Israel," jelas Ronny yang juga Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya ini menganalisa.
Menurut Ronny, ada dua jenis hubungan perdagangan yang merupakan keunggulan dari Israel dan diminati negara-negara lain, yaitu teknologi militer dan teknologi pangan. "Teknologi militernya sangat canggih dan teknologi pertaniannya sangat luar biasa," papar Ronny. Hubungan dagang tentang kedua hal tersebut, bukan mustahil menjadi agenda Kadin dalam kunjungannya ke Israel beberapa waktu lalu.
Dalam rapat kerja dengan anggota Komisi I DPR-RI pada 27 Juli 2005, Kepala Staf Angkatan Darat Joko Santoso mengemukakan usulan rencana pembelian senjata jenis AR Galiea dari Israel pada 2005-2009. Usulan itu, kata Joko, datang dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Anggota Komisi I DPR-RI Djoko Susilo yang hadir dalam raker itu mengaku prihatin dengan ucapan KSAD tersebut. Soal rencana pembelian senjata Israel, menurut anggota dewan dari PAN ini, pasti ada brokernya.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring menilai keberadaan situs tersebut sebagai manuver Israel untuk lebih memengaruhi orang Indonesia. Meski begitu, kata Tifatul, Pemerintah Indonesia diyakini takkan terpengaruh untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. "Kesepakatan PKS dengan SBY-JK adalah bahwa kita tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel, dan berusaha membantu mempercepat kemerdekaan Palestina," jelas Tifatul.
Artawijaya
Laporan: Evan Hamzah, Faris Khoirul Anam (Jakarta), Kartika Pemilia (Surabaya)
Di tengah perseteruan Hamas dan Fatah di Palestina, tiba-tiba saja bangsa Indonesia dikejutkan oleh kemunculan sebuah situs internet Israel berbahasa Indonesia. Dalam situs yang beralamat di http://jakarta.mfa.gov.il tersebut, tertera bendera Bintang David dan Merah Putih. Di atasnya, tertulis "Israel Diplomatic Network" dan "Israel-Indonesia Web Site" dengan gambar wayang dan masjid berkubah emas di bawahnya.
Halaman pertama situs itu tertulis "Selamat datang di Kedutaan Besar Israel di Singapura. Situs ini merupakan pintu gerbang Israel di Asia Tenggara." Seterusnya, situs itu berisi informasi tentang negara Israel dan lain-lain.
Situs ini diluncurkan pada Senin (18/12) di Singapura dan disponsori oleh Departemen Luar Negeri Israel. Duta Besar Israel untuk Singapura Ilan Ben Dov, menyatakan, situs pemerintah berbahasa Indonesia tersebut sengaja diluncurkan untuk mempromosikan dialog dengan masyarakat Indonesia. "Saya melakukan pertemuan dengan berbagai pihak di Indonesia. Dari pertemuan itu saya menemukan ada keinginan besar untuk mengetahui Israel dan demokratisasinya, pluralismenya, serta masyarakat yang multikultural," jelas Ben Dov, sebagaimana dikutip Rakyat Merdeka.co.id, Selasa (19/12).
Tak jelas siapa pihak yang pernah bertemu dengan Kedubes Israel tersebut. Namun, kecurigaan adanya keterlibatan pihak dalam pemerintah Indonesia mencuat ke masyarakat. Apalagi, dalam situs itu tertera "Israel-Indonesia Web Site", seolah ingin menggambarkan adanya hubungan antara pemerintah Indonesia dan Israel dalam pembuatan situs tersebut.
"Saya mencurigai ada antek-antek Zionis di Indonesia yang bermain. Apalagi situs itu mencantumkan kata Jakarta," tuding Ferry Nur, Sekretaris Jenderal Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA). Karena itu, menurut Ferry, DPR harus mengusut kasus ini sampai tuntas jika memang ada keterlibatan aparat pemerintah di Indonesia. "Siapa pun aparat pemerintah yang bermain dengan konstitusi negara, konsekwensinya harus turun," tegasnya.
Ferry Nur menjelaskan, lobi Zionis di Indonesia memang sedang memainkan perannya. Mereka terus bekerja keras agar Indonesia mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel, negara Zionis yang sampai detik ini masih memerangi kaum Muslimin di Palestina. Lobi-lobi itu, kata Ferry, berusaha dibangun antara lain lewat kunjungan anggota Kamar Dagang Indonesia (Kadin) ke Israel. Kemudian juga ditemukannya bantuan dari organisasi Israel Flying Aid (IFA), lengkap dengan atribut bintang David di Klaten, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
"Saya melihat dengan mata kepala sendiri, simbol-simbol Zionis ada di tengah-tengah kamp pengungsi. Mereka tak mungkin bisa masuk tanpa bantuan dari orang-orang yang menjadi antek Zionis di negeri ini," terang Ferry. Dalam kasus Klaten, aparat intelijen diduga terlibat meloloskan LSM Israel tersebut.
Tentang dugaan adanya keterlibatan pemerintah dalam pembuatan situs ini, juru bicara Departemen Luar Negeri RI, Desra Percaya, membantah hal itu. "Apa pun yang mereka lakukan terhadap kita, khususnya dalam konteks pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel, itu sangat bergantung pada realisasi kemerdekaan Palestina," jawab Desra saat dihubungi Sabili via telepon, Kamis (21/12). Situs itu, kata Desra, "Perlu dilihat substansinya bagaimana; apakah merugikan kita atau tidak. Jadi kita sikapi dengan kepala dingin-lah," pintanya kepada masyarakat Indonesia.
Bantahan serupa juga dilontarkan oleh First Secretary Kedubes Singapura di Indonesia, Andrian Chung. Menurut Chung, meski situs itu diluncurkan di Singapura dan melalui kedutaan besar Israel di Singapura, namun hal tersebut tak berarti ada keterlibatan pemerintah Singapura. "Saya bisa pastikan pemerintah Indonesia tidak terlibat. Itu urusan negara orang lain," kata Chung. Karena menyangkut negara lain, kata Chung, pemerintahnya tidak bisa melarang keberadaan situs tersebut.
Di sisi lain, Presiden Rotary Club Surabaya, Ronny H Mustamu, mengaku senang dengan keberadaan situs tersebut. "Dengan demikian, orang Indonesia bisa membedakan mana orang Yahudi, mana Israel," kata Ronny kepada kontributor Sabili Kartika Pemilia di Surabaya, Kamis (21/12). Situs itu, kata Ronny, tak lebih dari upaya Israel untuk memberikan pemahaman yang benar versi mereka tentang negara Zionis tersebut. Meski senang dengan keberadaan situs itu, namun Ronny mengatakan Pemerintah Indonesia harus mempertimbangkan kepentingan rakyat jika ingin membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
"Saya belum melihat betul kepentingan Indonesia dengan melakukan hubungan secara langsung dengan Israel," jelas Ronny yang juga Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya ini menganalisa.
Menurut Ronny, ada dua jenis hubungan perdagangan yang merupakan keunggulan dari Israel dan diminati negara-negara lain, yaitu teknologi militer dan teknologi pangan. "Teknologi militernya sangat canggih dan teknologi pertaniannya sangat luar biasa," papar Ronny. Hubungan dagang tentang kedua hal tersebut, bukan mustahil menjadi agenda Kadin dalam kunjungannya ke Israel beberapa waktu lalu.
Dalam rapat kerja dengan anggota Komisi I DPR-RI pada 27 Juli 2005, Kepala Staf Angkatan Darat Joko Santoso mengemukakan usulan rencana pembelian senjata jenis AR Galiea dari Israel pada 2005-2009. Usulan itu, kata Joko, datang dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Anggota Komisi I DPR-RI Djoko Susilo yang hadir dalam raker itu mengaku prihatin dengan ucapan KSAD tersebut. Soal rencana pembelian senjata Israel, menurut anggota dewan dari PAN ini, pasti ada brokernya.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring menilai keberadaan situs tersebut sebagai manuver Israel untuk lebih memengaruhi orang Indonesia. Meski begitu, kata Tifatul, Pemerintah Indonesia diyakini takkan terpengaruh untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. "Kesepakatan PKS dengan SBY-JK adalah bahwa kita tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel, dan berusaha membantu mempercepat kemerdekaan Palestina," jelas Tifatul.
Artawijaya
Laporan: Evan Hamzah, Faris Khoirul Anam (Jakarta), Kartika Pemilia (Surabaya)
No comments:
Post a Comment