Meski mendapat kecaman dunia Islam, niat Israel untuk membangun terowongan yang dianggap membahayakan eksistensi Masjid al-Aqsha terus dilakukan. Tak ada pilihan lain, umat Islam harus mengobarkan jihad menyelamatkan Al-Aqsha.
Selasa pagi yang dingin dan mendung di bulan Februari. Mesin penggali baru saja dinyalakan. Para pekerja Yahudi terlihat sibuk. Kepulan asap hitam mengepul dari mesin penggali tersebut. Beberapa menit kemudian, para pekerja sibuk melakukan penggalian. Dalam delapan bulan, jika segala sesuatunya sesuai dengan jadwal, tanah yang digali itu akan berubah menjadi jembatan yang menghubungkan Magharibah menuju masjid Al-Aqsha.
Penggalian di tembok bagian barat yang dikenal dengan dinding al-Buraq ini dianggap sangat berbahaya, karena bisa menghilangkan situs bersejarah yang berada di sekitar Magharibah, salah satu pintu di al-Aqsha. Namun PM Israel Ehud Olmert tetap nekat. Anggota Perhimpunan Nasional Demokrat, Jamal Zahaliqa mengatakan, Olmert begitu keras kepala untuk tetap memaksa melakukan penggalian di wilayah Masjid Al-Aqsha. Menurutnya, Olmert telah melawan pendapat lebih dari 30 orang pakar arkeologi Israel dan dunia, yang melarangnya melakukan penggalian di pintu Magharibah. Olmert juga tak mengindahkan permintaan PBB yang memintanya untuk tidak "menyentuh" Masjid Al-Aqsha.
Dalam keterangan pada Quds Press, Zahaliqa mengatakan, Israel pernah melayangkan surat izin kepada United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (Unesco) untuk membangun jembatan besar yang bisa dilalui polisi dan kendaraan besar ke wilayah Masjid Al-Aqsha. “Sasaran jembatan itu sangat berbahaya karena akan memudahkan keluar masuknya pasukan militer Israel dan para ekstrimis Yahudi ke wilayah Masjid Al-Aqsha,” ujar Zahaliqa.
Seperti dilansir BBC, Raja Jordan menyatakan aksi penggalian ini tidak bisa diterima oleh argumen apapun. Warga Palestina sendiri menganggap kejadian ini dapat membangkitkan kemarahan umat Islam sedunia. Mereka mulai melakukan perlawanan di jalan-jalan. Rakyat Palestina menyatakan siap turun ke jalan untuk bersama-sama melindungi Masjid Aqsha, Ahad (4/2). Semangat jihad pun berkobar. Aksi yang rencana berlangsung serentak itu digagalkan polisi Israel.
Seperti dilansir Islamonline, polisi Israel saat itu telah melakukan blokade jalan dan menutup seluruh akses ke pintu Magharibah di sisi barat Masjid Al-Aqsha. Penutupan itu dilakukan sejak pukul 07.00 pagi waktu setempat. Israel melarang semua orang memasuki wilayah Masjid Al-Aqsha, kecuali mereka yang memiliki paspor sebagai turis asing.
Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA), Ferry Nur, mengutuk keras tindakan jahat Zionis Israel ini. Menurutnya, sikap semacam itu akan dapat menghancurkan Masjid Al-Aqsha dan memicu kemarahan umat Islam sedunia. “Apa yang dilakukan Zionis Israel merupakan arogansi kekuasaan yang mereka miliki tanpa memperdulikan kecaman dan penolakan dari masyarakat dunia terhadap kiblat pertama kaum Muslim,” lanjutnya.
Ia juga menambahkan, sikap pemerintah Indonesia dalam kasus ini dirasa belum cukup. Menurut Ferry Nur, pemerintah Indonesia harus berperan aktif menggalang dukungan untuk menghentikan aksi biadab Israel. “Pemerintah kan saat ini diberi amanah sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Seharusnya amanat ini digunakan semaksimal mungkin untuk menghentikan kebiadaban zionis Israel yang telah melakukan penggalian. Kalau perlu keluarkan resolusi untuk mencegah jangan sampai ini terus berlangsung,” tegasnya.
Meski dianggap kurang tegas, pemerintah Indonesia melalui Menlu RI Hassan Wirajuda menyesalkan penggalian tersebut. “RI menyerukan Israel agar menghentikan penggalian karena selain daerah itu adalah wilayah kepurbakalaan, penggalian itu juga dapat mengganggu proses dialog dan perdamaian di Timur Tengah,” ujarnya kepada wartawan di gedung Departemen Luar Negeri Jakarta, Jumat (9/2).
Di tempat lain, PM Turki, Recep Tayyip Erdogan menyatakan, pemerintah Turki akan mengirimkan tim ke Masjid Al-Aqsha untuk mensurvei penggalian Israel. “Saya mengusulkan untuk mengirimkan tim teknis yang akan mengawasi pembangunan situs ini, dan dia (Olmert) telah menyetujuinya,” ujar Erdogan dalam jumpa pers bersama dengan Olmert.
Sementara itu, Organisasi Konferensi Islam (OKI) juga menyerukan negara-negara Muslim untuk terus memrotes dan mendesak Israel untuk menghentikan penggalian. Walaupun terus menyerukan pengecaman, OKI menolak bentuk kekerasan dalam menyampaikan pengecaman. Bagi KISPA, sikap OKI ini dinilai belum maksimal.
“OKI belum menggunakan kapasitasnya untuk melakukan penekanan terhadap Zionis Israel dan menyatukan potensi umat Islam di seluruh dunia,” ujar Ferry Nur. Karenanya, kata Ferry Nur, jika Zionis Yahudi terus memancing kemarahan dan melecehkan tempat suci umat Islam, maka tak ada pilihan lain kecuali jihad menyelamatkan Al-Aqsha!
Diyah Kusumardhani
IoL, Aljazeera, AFP
Laporan: Evan Hamzah
No comments:
Post a Comment