Pekerjaan di bidang teknologi informasi (TI), baik di Indonesia maupun di luar negeri, kini lumayan banyak. Memang, karakteristik pekerjaannya agak berbeda. Di dalam negeri kebanyakan sebagai administrator, operator, teknisi dan programmer. Misalnya sebagai Web administrator yang menangani Web server sehari-hari; operator dan teknisi di Warung Internet yang jumlahnya sekarang ribuan. Mungkin yang agak baik tingkatnya adalah Web programmer yang mengembangkan berbagai aplikasi melalui Common Gateway Interface (CGI) di Web. Web programmer seperti itu bisa menghasilkan uang antara Rp 2-5 juta/bulan, tergantung perusahaan dan skill-nya.
Bagi Anda yang bertangan dingin di bidang usaha TI, penghasilannya tentu cukup menggiurkan, dalam orde puluhan juta per bulan. Itu kalau Anda mampu memberikan layanan kepada masyarakat dalam tingkat yang baik. Kita cukup beruntung karena uang yang berputar di masyarakat sudah mulai lumayan. Jadi, penghasilan pekerja TI tidak harus tergantung pada proyek-proyek besar pemerintah saja. Cukup banyak yang bersifat "receh" berupa proyek/pekerjaan kecil di swasta Indonesia. Seninya adalah bagaimana menjadikan kita dikenal di antara para pencari outsourcing programmer dan bahwa kita mampu memprogram dengan baik. Maklum pekerjaan part-timer seperti itu biasanya diperoleh karena hubungan pertemanan dari mulut ke mulut.
Contohnya adalah Owo Sugiono dari rab.co.id. Ia melepaskan software billing system Warnet miliknya ke masyarakat secara bebas (free). Teman-teman di Knowledge Management Research Group (KMRG) ITB yang dipimpin Ismail Fahmi, juga melakukan hal yang sama. Hasilnya? Dana bantuan penelitian puluhan ribu US$ bisa diperolehnya dengan mudah dari Canada. Dan banyak lagi.
Pada tingkat lebih tinggi sebagai software developer, mungkin sulit untuk menemukan pekerjaan di Indonesia, yang tingkat industrinya masih berupa jasa untuk instalasi dan pelayanan. Akan tetapi cukup lumayan. Ada beberapa pekerja TI yang saya kenal yang menjadi outsourcing software house luar negeri, dan mereka mengerjakannya di Indonesia. Gede Raka dari Bali adalah salah seorang eks mahasiswa saya sekarang yang menjadi outsource perusahaan software di Silicon Valley, AS. Dan ia mengerjakan programming-nya dengan santai di Bali. Indah sekali bukan �?
Kebutuhan tenaga kerja TI tidak akan pernah berhenti dan meningkat terus selama manusia masih ingin melakukan efisiensi dan kompetisi. Terus terang, itu karena langkanya pekerja TI yang betul-betul memiliki skill dan kemampuan yang baik. Rezeki yang besar itu mau tidak mau hanya dinikmati oleh segelintir manusia.
Sebagai gambaran, kalau Anda pernah belajar komputer di STMIK/jurusan teknik informatika - apakah Anda mengerti kerja RIP? ICMP? IGMP? SMTP? POP3? Saya berani bertaruh bahwa ilmu-ilmu demikian tidak pernah diajarkan di bangku pendidikan Anda di sekolah. Jadi, apa yang Anda peroleh di sekolah teknik informatika seperti dBase atau Pascal, itu percuma di dunia kerja dan tidak banyak berguna. Setelah Anda bersusah payah dan mengeluarkan uang demikian banyak, yang diperoleh hanya gelar Sarjana Teknik. Karena teknologi-nya sebetulnya sudah jauh lebih rumit dari apa yang diajarkan di sekolah.
Cara terbaik untuk belajar TI adalah dengan aktif berpartisipasi dalam berbagai diskusi tentang teknik komputer di Internet. Ilmu/buku/resource keilmuan yang dibutuhkan untuk itu semua, pun relatif murah. Anda dapat memperoleh CD Linux di pasaran seharga Rp 25 ribu/CD.�
Langkah selanjutnya adalah memantau dan berpartisipasi aktif dalam berbagai diskusi Linux di Internet. Markas besar Linux Indonesia dapat dilihat di http://www.linux.or.id. Kenapa Linux demikian menarik? Karena hanya Linux yang menyediakan segala sesuatunya, termasuk source code-nya secara terbuka. Dengan keterbukaan itu sangat mudah bagi kita untuk belajar berbagai teknik komputer dan programming yang memungkinkan kita menjadi profesional dalam waktu beberapa bulan/tahun. Tergantung niat kita masing-masing.
|
No comments:
Post a Comment