Rabu pukul 11.00 tepat, langit menggelantung dengan indahnya, tak tampak panas yang menyengat terasa
langit berawan pertanda cuaca baik-baik saja. Pohon-pohon rindang bertiup dengan indah serasa di pantai segara anakantanggal 6 ku lihat di kalender hijriah, tepat di bulan syawal kami berangkat bersama teman dan kawan.
Membawa harapan dan nikmatnya liburan yang menyenangkan dan juga bermanfaat. lewat kota kembang kami segera tarik gas kuda besi dengan manja, harapan akan sang kuda kuat sampai tujuan. Alhamdulillah kini sudah masuk di Kota Cibinong, teringat sang teman yang akan segera mempersunting sang calon istri disana. tepatnya dua hari setelah ini beliau mengadakan akad nikah..."oh nekatnya" kata sang teman. "pesta bujang barangkali" yang satu menimpali. Subhanallah indah nian pemandangan ketika kita memasiki kota bogor, dengan udara yang nampak semakin berubah menjadi lembut dan dingin.
Kami arahkan kuda besi masuk ke Bukit Pelangi. Dengan menikmati pemandangan indah dan asri diperjalanan seakan mengalahkan dan mengacuhkan perjalanan yang begitu berat, mendaki, dan berkelok-kelok khas pegunungan puncak. Namun, hal buruk menimpa, "si kecot" kuda besi dari teman kami Nesin, mengalami pernapasan yang buruk diperjalanan, sehingga harus kami rawat dengan mengamputasi salah satu organnya. hujan pun turun dengan malu-malu, kini giliran "Don Lego" kuda besiu si Ucok yang harus dioperasi karena selalu batuk dan buang angin... seakan tak kuat dinginnya udara puncak. Hujanpun makin deras menghampiri, kami menunggu hujan reda disebuah warung warga sekitar 1 km dari TKP sakitnya kedua kuda besi... kami luangkan waktu untuk berfoto dan mengunyah makanan, jeruk 8 buah, sukro, dan sekedar air mineral.
Rojak dan sang istri, Ucok dan Nesin kembali, hujanpun mereda. tak lama kemudian kami berangkat kembali diiringi salam dan terima kasih kami tuk penduduk yang baik menawarkan kami rumahnya untuk berteduh. kami lanjutkan perjalanan dengan gagah. Supri yang melepas celana LEPE-nya agar tak basah diperjalanan. sesampainya didanau bukit pelangi hujan mereda supripun kembali mengenakan LEPE-nya. dua jepret foto menjadi saksi peristiwa bersejarah. Kini perjalanan memasuki Jl. Raya Gadog dan jalur puncak kini menantang sang kuda besi kami, seakan menyambut deru dan bisingnya kota bogor dengan bermacam mode transportasinya, kali ini banyak bus-bus besar dan mobil pribadi, maklum jalur mudik dan arus balik, juga jalur wisata villa dan Taman safari.
langit berawan pertanda cuaca baik-baik saja. Pohon-pohon rindang bertiup dengan indah serasa di pantai segara anakantanggal 6 ku lihat di kalender hijriah, tepat di bulan syawal kami berangkat bersama teman dan kawan.
Membawa harapan dan nikmatnya liburan yang menyenangkan dan juga bermanfaat. lewat kota kembang kami segera tarik gas kuda besi dengan manja, harapan akan sang kuda kuat sampai tujuan. Alhamdulillah kini sudah masuk di Kota Cibinong, teringat sang teman yang akan segera mempersunting sang calon istri disana. tepatnya dua hari setelah ini beliau mengadakan akad nikah..."oh nekatnya" kata sang teman. "pesta bujang barangkali" yang satu menimpali. Subhanallah indah nian pemandangan ketika kita memasiki kota bogor, dengan udara yang nampak semakin berubah menjadi lembut dan dingin.
Kami arahkan kuda besi masuk ke Bukit Pelangi. Dengan menikmati pemandangan indah dan asri diperjalanan seakan mengalahkan dan mengacuhkan perjalanan yang begitu berat, mendaki, dan berkelok-kelok khas pegunungan puncak. Namun, hal buruk menimpa, "si kecot" kuda besi dari teman kami Nesin, mengalami pernapasan yang buruk diperjalanan, sehingga harus kami rawat dengan mengamputasi salah satu organnya. hujan pun turun dengan malu-malu, kini giliran "Don Lego" kuda besiu si Ucok yang harus dioperasi karena selalu batuk dan buang angin... seakan tak kuat dinginnya udara puncak. Hujanpun makin deras menghampiri, kami menunggu hujan reda disebuah warung warga sekitar 1 km dari TKP sakitnya kedua kuda besi... kami luangkan waktu untuk berfoto dan mengunyah makanan, jeruk 8 buah, sukro, dan sekedar air mineral.
Rojak dan sang istri, Ucok dan Nesin kembali, hujanpun mereda. tak lama kemudian kami berangkat kembali diiringi salam dan terima kasih kami tuk penduduk yang baik menawarkan kami rumahnya untuk berteduh. kami lanjutkan perjalanan dengan gagah. Supri yang melepas celana LEPE-nya agar tak basah diperjalanan. sesampainya didanau bukit pelangi hujan mereda supripun kembali mengenakan LEPE-nya. dua jepret foto menjadi saksi peristiwa bersejarah. Kini perjalanan memasuki Jl. Raya Gadog dan jalur puncak kini menantang sang kuda besi kami, seakan menyambut deru dan bisingnya kota bogor dengan bermacam mode transportasinya, kali ini banyak bus-bus besar dan mobil pribadi, maklum jalur mudik dan arus balik, juga jalur wisata villa dan Taman safari.
Ditengah perjalanan menunjukkan pukul 12.00 wib, cacing-cacing di perut salah satu dari kami meraung-raung mengharapkan asupan bergizi makanan 4 sehat 5 sempurna. Turunlah kami disebuah pom bensin untuk mengisi bahan bakar, dan memesan bubur ayam panas serta mencari tukang gorengan seberang jalan. Perut penuh sesak teh pahit hangat dan semangkuk bubur ayam. melegakkan tubuh dan seakan kembali menantang udara dingin cisarua puncak. "sudah dekat ya pa. Mansur" kata nesin bertanya "dah dekat ini mah" aku menjawab. "tenang aja sin, kecot kali ini naik kok" kata bison menimpali. kembali diperjalanan, kami masuk ke kanan ambil arah Taman Safari Cisarua. Beberapa kelok dan tanjatan, akhirnya puskesmas Cibeureum kami temui, dan masuklah kami ke gang tersebut sebagai tujuan sementara perjalanan kami tuk sekedar istirahat dan tidur, kegiatan sholat, makan-makan, masak-masak, bakar-bakar kami lakukan tuk mengisi liburan kali ini, tak lupa pesan dari pak. Haji Nalim tuk do'a dan sholat disetiap waktu dimanapun kami kaji pada ba'da maghrib setelah makan opor ayam dan sambal sialan ala chef Toni Queen... hehehe....
Kajian singkat namun menyentuh, seakan pak. Haji Nalim mengenal kita bertahun-tahun, namun kenyataan belum sekalipun diantara mereka bertegur sapa. Namun, kami niatkan tuk bersilaturrahim kerumahnya nanti kalau Allah Yang Maha Kuasa izinkan.... Rumah yang terlihat kecil tampak depan, namun mempunyai 6 kamar ketika kita masuk ke dalam, garasi, saung, kolam ikan, dan balkon, mushola mini, 2 televisi menemani santai dan liburan kami disana.
Kekeluargaan dan keakraban seperti ini kami rindukan, seakan teringat teman-teman lain yang tak beserta kami. Madun. Ari, Rahmat, Petruk, Mas Yono, Dayat, Atim, One, Ipul, Eko, Woro, Cacan, opah, deelel...
Berembug sebentar, kamipun pergi berbelanja kebutuhan, pasar Cisarua tempat kami bertransaksi mencari tempe dan tahu tuk santap malam. Namun, pok. Uum masih mudik ke kampung jadi, kami hanya mendapatkan beras 2 Kg, garam, bumbu dapur, ayam potong 2 kg, ikan mas 1 kg, dan lele 1 kg, mie instan, kerupuk, dan bumbu bakar ikan. kangkung, tempe dan tahu tak kami sertakan, karena masih pulang kampungnya si pok. Uum. Makanan hangat Ubi lembu dan Jagung manis menjadi santap sore kami disaung kecil nan indah ditempat yang membuat si Nesin dan paman Herman bersedakep seakan mo sholat menghadap mana saja, "saking dinginnya". Supri seakan kurang bersemangat karena sempat terperosok di tikungan bukit pelangi. Namun, setelah tangan dingin Mang Diding "penjaga rumah Pak. Haji" gosok, pijat dan urutannya membuat supri kembali lega.
Sholat Maghrib dan Isya kami tunaikan, sebagai tanda syukur kami, kehadirat Ilahi Rabbi, seiring do'a ya Rabb semoga keakraban ini kami temui kembali di surga-Mu. Amiin. Riang dan canda tawa memenuhi seisi ruang yang memang sudah dingin dan lembut. Teringat do'a rabithah paman herman yang merdu, dan begitu khusyuk seakan kami selalu mengaminkan. Kajian sholatpun kami lakukan tuk berkah dan manfaatnya liburan dan pertemuan kami. Ikan Mas dan Lele segera kami bakar menutupi perut kami yang mulai kosong. ditemani sambal sialan dan sambal kecap yang menggoyang lidah, tuk supri maafkan kami yang hanya menikmati mie instan. Larut malam kami main PES 2010, kartu, dan menonton tv "tayangan sepakbola liga champion menjadi teman"
Subuhpun datang, kami tunaikan dengan berjama'ah. paman herman kini kami daulat tuk menjadi Imamnya sekaligus dzikir almatsurat. Mie instan pagi hari menemani, setelah mengguyur tubuh dengan air dingin rumah pak. haji Nalim. Packing dan "photo session" kami lewati tuk oleh-oleh pulang. Setelah beres-beres, packing dan cek kuda besi. kami pamit dengan mang Ading dan warga tetangga. kami lanjutkan perjalanan ke Masjid At'Ta'awun kami tunaikan dhuha mengharapkan rizki berlimpah berkah dan manfaat, seperti Pak haji Nalim yang dermawan. Amiin. Kembali jepretan photo menemani setelah do'a kami panjatkan.
Pemandangan yang indah dan besar, seakan mengingatkan kami betapa kecilnya hamba ini, dikelilingi paku bumi dan luasnya hutan dan lapang. Jalan aspal berliku, turun naik membuat kami takjub dan berkata "Subhanallah Wallahu Akbar". Setelah dhuha di ta'awun kami lanjutkan perjalanan ke Curug Panjang Mega Mendung. perjalanan menantang kembali memacu kuda besi tuk bernafas lebih kuat. Kecot, don lego, soleh, franky, Nokle dan kawan- kawan. Sesampainya mengisi registrasi di curug panjang kami langsung mendaki tuk menikmati keindahan ciptaan Allah yakni, curug panjang. Kebetulan, air lagi deras jadi air terjunnya indah dan besar hingga membuat kami khawatir ketika berenang dibawahnya. Karena airnya sangat deras. Batu-batu besar ditemani dengan Ubi madu hangat menambah nikmatnya liburan kami.
Setelah lelah berenang, kamipun segera pulang menuju cibinong melihat persiapan sang calon saudara kami, berhenti di sebuah masjid kami tunaikan sholat Dzuhur dan Asahar dengan jamak qoshor. Selanjutnya kami pulang dengan riang membawa kenangan manis yang indah, dan sulit tuk dilupakan. Menyantap pecel Ayam kesukaan dan menutupnya dengan Salam.... Terima kasih kami tuk Pak Haji Nalim Neih, teman-teman kami, Herman, Toni, Rozak dan istri, Azis, Amrus, Ucok "Dian" Nesin, saya, Nico dan Supri, juga kepada kuda besi, kepada mang Ading dan istri, dan kepada teman-teman lain kami harapkan keikutsertaannya di liburan kita selanjutnya. Amiin
No comments:
Post a Comment